Kamis, 13 Mei 2010

Budidaya Teripang


Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja dan energi, untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis penting dengan memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. Kegiatan budidaya telah dilakukan manusia sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam media air dengan pemberian makanan untuk organisme yang dipelihara.

Pada perairan wilayah pesisir yang terlindung merupakan potensi bagi kegiatan budidaya laut. Potensi ini sangat luas mencapai ratusan ribu hektar dan tersebar hampir di beberapa pulau besar maupun pulau-pulau kecil. Jenis komoditas yang dapat dikembangkan antara lain beberapa jenis ikan konsumsi (kakap, kerapu dan sebagainya), ikan hias, ikan karang, crustacea, rumput laut maupun beberapa jenis molusca. Potensi sumberdaya hayati lainnya yang potensial untuk dikembangkan adalah usaha marikultur, yang dikelompokan menjadi dua jenis kegiatan yakni budidaya berbasis laut (marine based aquaculture) dan budidaya berbasis tambak (land based aquaculture).

Produksi laut yang berasal dari sumberdaya perairan laut sebagian besar masih berasal dari hasil pengambilan alam. Keadaan ini dapat memperbesar tekanan terhadap sumberdaya perairan laut dan dapat mempengaruhi kesinambungan produksi. Usaha budidaya laut merupakan suatu alternatif usaha untuk mengurangi ketergantungan kepada usaha pengambilan dari alam.

Kegiatan budidaya laut semakin mendapatkan perhatian karena dari kegiatan penangkapan tidak lagi dapat diandalkan untuk memenuhi permintaan pasar yang membutuhkan pasokan semakin besar dan menginginkan standar kualitas lebih pasti.

Usaha peningkatan produk laut melalui budidaya laut perlu mendapatkan perhatian karena budidaya merupakan kegiatan yang mempunyai sifat pengelolaan yang berbeda dengan pola menangkap atau mengambil dari alam yang dibatasi oleh produk lestari. Peningkatan produksi yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkelanjutan. Kegiatan budidaya laut merupakan kegiatan yang sifatnya dapat memilih tempat yang sesuai serta memilih metode yang tepat dan komoditas yang diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini, pendistribusian produk dapat disesuaikan dengan permintaan yang ada atau pemanfaatannya.

Saat ini salah satu organisme laut yang mulai marak dibudidayakan karena makin tingginya permintaan pasar baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri adalah teripang laut (Holothuria).

Indonesia merupakan penghasil teripang (sea cucumber) terbesar di dunia. Semua tangkapan teripang di tanah air langsung diekspor. Di Hongkong menu berbahan baku teripang termasuk makanan mahal nan eksklusif. Menu ini hanya dihidangkan pada saat tertentu saja.

Permintaan ekspor teripang terus meningkat. Sayangnya hingga kini permintan itu belum sepenuhnya dapat dipenuhi. Penyebabnya adalah, karena produksi teripang Indonesia masih terbatas. Selain ke Hongkong, teripang juga dilego ke China, Korea, Malaysia, dan Singapura. Permintaan untuk pasar ekspor diperkirakan berkisar 20.000 ton hingga 30.000 ton setahun.

Teripang adalah binatang laut berkulit duri (berbulu-bulu hitam) sebesar mentimun muda. Sebelum diperdagangkan komoditi yang sering juga disebut dengan sea cucumber (ketimun laut) dikeringkan terlebih dahulu. Hewan ini hidup sampai pada kedalaman lebih dari 30 meter. Di pasar lokal, harga teripang Rp 30.000 - Rp 150.000 per kg. Karena harganya yang amat menggiurkan itu, banyak pihak yang mencoba mencari teripang dimana pun berada. Perburuan teripang oleh nelayan Madura dan Bugis bahkan sampai kawasan terumbu Ashmore di perairan utara Australia.

Eksploitasi untuk tujuan komersil terhadap teripang telah berlangsung paling tidak sejak seribu tahun yang lalu. Sekitar tahun 1987 - 1989 produk teripang dunia mencapai 90.000 ton, dimana 78.000 ton suplai berasal dari Pasifik Selatan dan Asia Tenggara. Perdagangan teripang global pada saat ini telah mencapai sekitar 12.000 ton teripang kering atau setara dengan 120.000 ton teripang hidup. Sejak akhir tahun 1990-an eksploitasi teripang bertambah dengan adanya kegiatan riset produk alam dan penggunaan teripang sebagai hewan akuarium.

Tahun 1994 produksi teripang Indonesia adalah sekitar 1.318.000 kg. Data terbaru tentang teripang berasal dari statistik situs www.perikanan-budidaya.go.id dimana budidaya jaring apung teripang menghasilkan 42 ton selama tahun 2004. Teripang itu dihasilkan propinsi Nusa Tenggara Barat 23 ton, Kaltim 17 ton, dan Papua 2 ton.

1. Teripang

Teripang atau trepang adalah istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata timun laut (Holothuroidea) yang dapat dimakan dan bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.

Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya. Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya: teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan (Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis teripang lainnya.

Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya: teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan (Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis teripang lainnya.

Di Indonesia ditemukan tiga jenis teripang yaitu : Holothuria Muelleria dan Stichopus. Ketiga genus tersebut, jenis yang banyak dieksploitasi dan bernilai ekonomis adalah H. scabra, H. edulis, H. argus, H. marmorata, H. vacabunda, M. lecanora, S. ananas, S. chloromatus, dan S. variegatus. Dari semua jenis teripang ini bernilai ekonomis, jenis yang berprospek untuk dibudidayakan adalah H. scabra atau lebih di kenal dengan teripang pasir atau teripang putih atau teripang kapur (teripang susu). Teripang putih ini banyak ditemukan di perairan jernih dengan dasar berpasir, hancuran batu karang dan disekitar terumbu karang.

Hewan laut ini mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan antara lain adalah:

1. Hidup bergerombol sehingga dalam budidaya dapat hidup dalam padat penebaran yang tinggi.

2. Pembudidayaannya dapat dilakukan dengan cara sederhana atau tidak memerlukan teknologi yang tinggi.

3. Makanannya dapat berupa plankton/detritus yang banyak tersedia secara alami yang terdapat di dalam perairan maupun di dasar perairan.

4. Hidup pada dasar perairan berpasir atau hancuran batu karang dengan kecerahan yang tinggi.

5. Dagingnya enak dimakan dan mudah diproses menjadi makanan serta merupakan komoditi ekspor.

Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis panting diantaranya: teripang putih, Holothuria scabra, teripang koro, Microthele nobelis, teripang pandan, Theenota ananas, teripang dongnga, Stichopu ssp. dan beberapa jenis teripang lainnya. Teripang putih sudah mulai dicoba dibudidayakan oleh nelayan di Desa Sopura, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan laporan Wedjatmiko et. al. (1987) bahwa teripang putih yang dipelihara oleh nelayan di Desa Sopura dapat mencapai berat 600 – 700 g (berat basah) dalam waktu enam bulan pemeliharaan dari benih ukuran 100 -150 g (berat basah). Nessa et al (1986) melaporkan bahwa teripang putih dapat mencapai ukuran 1500 g apabila dipelihara pada kedalaman 5 – 6 meter selama enam bulan.

2. Pra Budi Daya

Sebelum kita membudidayakan teripang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Aspek Pakan Teripang Dewasa

Cara pakan dan jenis pakan untuk teripang dewasa sangat penting di dalam usaha budidaya. Makanan teripang dewasa yang utama adalah detritus dan kandungan zat organik di dalam pasir. Sedangkan plankton, bakteri, dan biota mikroskopis lainnya adalah sebagai makanan pelengkap. Teripang suku Holothuridae dan suku Sticopodidae mempunya 18-20 tentakel pendek berbentuk perisai (peltate). Tentakel ini dikenal sebagai tentakel bukal tentakel ini dijulurkan ke dalam pasir di sekitar mulut teripang tersebut, kemudian ditarik kedalam rongga mulut.

2. Aspek daur Reproduksi

Salah satu aspek yang penting untuk menunjang usaha budidaya teripang adalah dengan mengenal daur reproduksinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui dengan tepat saat yang cocok untuk induksi buatan. Untuk penelitian budidaya, pengenalan musim memijah adalah sangat penting untuk idnuksi buatan. Kemungkinan berhasik diinduksi saat muusim memijah akan membantu kesuksesan penelitian budidaya teripang ini.

3. Aspek Perairan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya teripang adalah dasar perairan terdiri dari pasir, pasir berlumpur, berkarang, dan ditumbuhi tanaman lamun (rumput lindung). Terlindung dari angin kencang dan arus atau gelombang yang kuat. Tidak tercemar dan bukan daerah konflik serta mudah dijangkau. Kedalaman perairan lokal antara 50 – 150 cm pada saat surut terendah dan sirkulasi air terjadi secara sempurna. Mutu air, salinitas 24 – 33 ppt, kecerahan 50 – 150 cm, dan suhu 25 – 30 derajat Celcius.

Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu syarat yang cukup menentukan keberhasilan usaha budidaya. Hal ini disebakan karrena lokasi atau tempat tempat pemeluharaan teriapang adalah habitat yang secara langsung mempengaruhi kehidupan (laju pertumbuahn dan sintasan), dari organisme yang dipelihara. Kriteria lokasi yang cocok untuk budidaya teripang adalah sebagai berikut :

a. Keterlindugan

Penempatan penculture untuk budidaya teripangb diperlukan lokasi yang betul-betul terlindung dari hempasan ombak dan angin kencang.

b. Kondisi dasar perairan

Dasar perairan hendaknya berpasir atau pasir berlumpur bercampur dengan pecahan-pecahan karang dan banyak terdapat tanaman air semacam rumpt laut (sea weed) dan alang-alang laut (sea gress)

c. Salinitas air laut

Dengan kemampuan yang terbatas dalam pengaturan osmotik, maka teripang tidak dapat bertahan hidup terhadap perubahan salinitas yang terjadi secara drastis. Salinitas optimum adalah 30-33 ppt.

d. Kedalaman air

Secara alami teripang hidup pada kedalaman perairan yang berbeda-beda menurut besarnya. Teripang muda tersebar didaerah pasang surut, setelah ukurannya bertambah besar maka berpindah ke dasar perairan yang lebih dalam. Lokasi yang cocok untuk budidaya teripang sebaiknya pada kisaran kedalaman air antara 0,5-1,5 m pada air surut terendah.

e. Ketersediaan benih

Lokasi pengembangan budidaya teripang sebaiknya tidak jauh dari tempat pengumpulan benih secara alamiah. Terdapat benih alamiah pada periaran tersebut adalah suatu indikator yang baik untuk lokasi budidaya teripang.

f. Kondisi Lingkungan

Kondisi perairan sebaiknya harus memenuhi standar kualitas air laut yang baik bagi kehidupan ( laju pertumbuhan dan sintasan). Teripang yang dibudidayakan, seperti : suhu air 20-250 C, pH air 6,5-8,5 , kadar oksigen terlarut 4-8 ppm, dan kecerahan 0,5-1,5 cm (cahaya matahari sampai kedasar), serta lokasi budidaya harus bebas dari pencemaran seperti limbah organik, logam berat, minyak dan bahan-bahan beracun lainnya.


3. Budidaya

Metode yang digunakan untuk membudidayakan teripang atau ketimun laut yaitu dengan menggunakan penculture atau lebih dikenal dengan budidaya dengan hampang atau kurung tancap. Penculture atau hampang adalah suatu usaha memelihara organisme perairan yang bersifat bentik atau hidup di dasar perairan dengan cara memagari atau membatasi areal perairan pantai dengan luasan tertentu (seluas kemampuan atau yang diinginkan) sehingga seolah-olah terisolasi dari wilayah sekitarnya.

Kurung tancap yang akan dijadikan sebagai media budidaya teripang memiliki bahan kontruksi balok berukuran 5 x 7 x 200 cm, waring nilon ukuran mata 0,2 cm, tali ris dari nilon, tali pengikat atau paku anti karat, dan papan tahan air. Kurung tancap ini harus dipasang di dalam air yang memiliki hamparan pasir.

Cara pemasangan yang harus dilakukan adalah tiang dipancang pada pasir dasar perairan dengan kedalaman sekitar 50 cm. Bagian tiang yang berada di atas permukaan sebagai tempat melekatkan waring. Waring yang sudah dilengkapi dengan tali ris disambung dengan papan. Papan yang telah di­sambung dengan wa­ring diba­lut lalu ditanam ke dalam lumpur sedalam 30 cm. Bila tidak ada papan, bagian ujung waring ditanam ke dalam lumpur sedalam 30 cm, kemudian bagian ujungnya dibelokkan ke dalam sepanjang 15 cm. Ukuran kurung tancap disesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah media untuk budidaya teripang disiapkan, langkah selanjutnya adalah pemilihan benih. Pilih benih yang seragam, baik jenis dan ukurannya. Benih yang baik memiliki ciri-ciri tubuhnya berisi dan tidak cacat. Hindari benih yang diangkut dalam waktu lama (lebih dari 1 jam) dan dalam keadaan tertumpuk (padat). Hindari benih yang telah mengeluarkan cairan warna ku­ning. Pengangkutan benih se­ba­iknya dilakukan pada pagi hari atau malam hari, bisa juga saat suhu rendah. Pengangkutan benih dapat menggunakan wadah yang diberi substrat pasir khususnya pada sistem pengangkatan terbuka.

Konstruksi Penculture

Pen-culture berbentuk empat persegi panjang berukuran (PxLxT) 10x2x0,5meter yang di desain dari kayu. Untuk membuat 1 unit pen-culture membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut:

- Kayu balok ukuran 8cm x 12cm x 4m = 3 batang

- Kayu reng ukuran 3cm x 4cm x 4m = 30 batang

- Papan uk. 3cm x 20cm x 4m = 6 lembar

- Kayu balok 4cm x 6cm x 4m = 4 batang

- Waring hitam (mess size 5mm) = 1 roll

- Tali 4mm = 0,5 roll

- Paving blok = 500 unit

- Genteng = 250 unit

- Semen = 2 sak

- Paku 7cm dan 10cm = 2 kg dan 0.5 kg


2 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus